Sejarah Toraja Bare'e

Pada tahun 1800-an, mubaligh Hindia Belanda, Adriani dan Kruyt dalam buku mereka yang bertajuk De Bare'e-sprekende Toradja's van Midden-Celebes mencipta istilah Toradja (Toraja) untuk sebilangan kecil orang yang hidup seperti yang kini dipanggil "gelandangan".[4]

Grup Poso-Tojo yang mempunyai nama lain Toraja Poso-Tojo, Toraja Timur, atau Toradja Bare'e dengan Suku Bare'e sebagai suku asli yang memiliki kawasan tersebut, ia hanyalah nama kawasan tersebut pada zaman penjajahan Belanda. Dan di bahagian Sulawesi Poso dan Tojo, Sebelum ini istilah "Toraja" dicipta Belanda untuk menamakan Suku Bare'e (Bare'e-Stammen ; Alfouren) yang masih menganut agama Lamoa (Tuhan PueMpalaburu), dan semua Suku Bare'e (Bare'e-Stammen) Mereka yang masih menganut agama Lamoa mesti mengakui bahawa mereka adalah Toraja (Toradja) dan bukan lagi Bare'e, tapi walaupun begitu, masih ramai lagi Suku Bare'e mereka dari agama Lamoa yang mengambil bahagian daripada Suku Bare'e yang Islam (Mohammadisme) kerana suku Bare'e yang Lamoa tidak sesuai dengan gaya hidup masyarakat Belanda yang berkulit putih dan berambut kuning, serta Suku Bare'e (Alfouren) yang ingin bergabung dengan Belanda disebut Toraja (Toradja).

Alfouren yang gaya hidupnya seperti orang Belanda dengan istilah "Toradja", mesti meninggalkan tabiat suku lama mereka, iaitu suku Bare'e (Bare'e-Stammen), kerana Suku Bare'e telah banyak yang Islam terdapat ramai yang memeluk Islam sehingga diistilahkan oleh Hindia Belanda "Van Heiden Tot Christen"[5]bagi penduduk asli suatu wilayah yang wilayahnya disebut Belanda dengan nama Grup Poso-Tojo yang mempunyai nama lain Toraja Poso-Tojo, atau Toraja Timur (Toradja Bare'e) dengan Suku Bare'e sebagai suku asal yang memiliki kawasan itu, dan istilah "Van Heiden Tot Christen" sudah sangat terkenal di kawasan Grup Poso-Tojo, dan orang Toradja (istilah bagi orang Bare'e yang bukan Islam) ini kemudiannya dibekalkan dengan makanan, tempat tinggal, pendidikan, dan pengajaran Kristian.

Di masa penjajah Belanda, Belanda melarang semua bentuk kepercayaan Lamoa yang mempercayai Puempalaburu, dan membebaskan budaya dan adat yang tidak berkaitan dengan kepercayaan Lamoa seperti Tari Moraego, Tari Mokayori (Kerajaan Tojo), dll.[6]

Dan dengan kehadiran "Gelandangan" dari kawasan Grup Poso-Tojo yang kemudiannya dinamakan Belanda dengan istilah "Van Heiden Tot Christen"[7] yang kemudiannya dihantar ke sekolah di sekolah Belanda yang ada di wilayah Grup Poso-Tojo untuk mempelajari tujuh "batu pemisahan" (Watu Mpoga'a) yang masih boleh didapati hari ini di Tentena.[8]

Selepas belajar Watu Mpoga'a[9], maka orang-orang gelandangan yang telah menjadi Kristian mengetahui asal usul mereka sebelum berada di kawasan Grup Poso-Tojo iaitu berasal dari wilayah Wotu.[10]

Rujukan

WikiPedia: Toraja Bare'e https://www.opacperpus.sonobudoyo.com/index.php?ke... https://web.archive.org/web/20230621010956/https:/... https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?identifier=M... https://web.archive.org/web/20230528070002/https:/... https://opacperpus.sonobudoyo.com/index.php?p=show... https://web.archive.org/web/20230305011143/https:/... https://sulteng.bpk.go.id/profil-kabupaten-tojo-un... https://web.archive.org/web/20230305011153/https:/... https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?identifier=M... https://web.archive.org/web/20230629073527/https:/...